KLASIFIKASI LUKA
DISUSUN OLEH: RESTY
FITRIA SARI
Jurusan : s1 Keperawatan
Nim: 012011006
STIKES ANDINI PERSADA
MAMUJU
2013/2014
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Luka
bakar merupakan cedera yang cukup sering dihadapi oleh dokter, jenis yang
beratmemperlihatkan morbiditas dan derajat cacat yang relatif tinggi
dibandingkan dengan cederaoleh sebab lain .Biaya yang dibutuhkan juga cukup
mahal untuk penanganannnya. Penyebab lukabakar selain karena api ( secara
langsung ataupun tidak langsung ), juga karena pajanan suhutinggi dari
matahari, listrik maupun bahan kimia. Luka bakar karena api atau akibat
tidak langsung dari api ( misalnya tersiram panas ) banyak terjadi pada
kecelakaan rumah tangga.(Sjamsuhidajat, 2005 )Dengan memperhatikan prinsip-
prinsip dasar resusitasi pada trauma dan penerapannyapada saat yang tepat
diharapkan akan dapat menurunkan sekecil mungkin angka- angka tersebutdiatas.
Prinsip- prinsip dasar tersebut meliputi kewaspadaan akan terjadinya gangguan
jalannafas pada penderita yang mengalami trauma inhalasi, mempertahankan
hemodinamik dalambatas normal dengan resusitasi cairan, mengetahui dan
mengobati penyulit- penyulit yangmungkin terjadi akibat trauma listrik,
misalnya rabdomiolisis dan disritmia jantung.Mengendalikan suhu tubuh dan
menjuhkan / mengeluarkan penderita dari lingkungan traumapanas juga merupakan
prinsip utama dari penanganan trauma termal.( American College of Surgeon
Committee on Trauma, 1997)Kulit adalah organ kompleks yang memberikan
pertahanan tubuh pertama terhadapkemungkinan lingkungan yang merugikan. Kulit
melindungi tubuh terhadap infeksi, mencegahkehilangan cairan tubuh, membantu
mengontrol suhu tubuh, berfungsi sebagai organ eksretoridan sensori, membantu
dalam proses aktivasi vitamin D, dan mempengaruhi citra tubuh. Lukabakar adalah
hal yang umum, namun merupakan bentuk cedera kulit yang sebagian besar
dapatdicegah.( Horne dan Swearingen, 2000 )
B. TUJUAN
Agar Mahasiswa lebih mengetahui
dan memahami tentang Luka Bakar2.
Agar Mahasiswa dapat mengetahui
tentang klasifikasi Luka Bakar
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Luka
Bakar
Luka bakar merupakan kerusakan jaringan yang
disebabkan oleh panas cairan, api, uap, bahan kimia, listrik, radiasi matahari
dan gesekan atau friksi.
B. Pathofisiologi
Luka bakar
disebabkan oleh perpindahan energi dari sumber panas ke tubuh. Panas tersebut
mungkin dipindahkan melalui konduksi atau radiasi elektromagnetik. Luka bakar
dikategorikan sebagai luka bakar termal, radiasi, atau luka bakar kimiawi.
Kulit dengan luka
bakar akan mengalami kerusakan pada epidermis, dermis maupun jaringan subkutan
tergantung faktor penyebab dan lamanya kulit kontak dengan sumber panas atau
penyebabnya. Dalamnya luka bakar akan mempengaruhi kerusakan atau gangguan
integritas kulit dan kematian sel-sel.
C. Klasifikasi Luka
Bakar
1. Menurut
Kedalaman atau Karakteristik Luka Bakar
Karakteristik luka bakar dari Smeltzer dan Bare
Brunner and Suddarth’s Medical Surgical Nursing, Ed. 8, Philadelphia 1997,
Lippincott
2. Menurut Lokasi
Luka Bakar
Luka bakar pada kepala, dada dan leher seringkali
mempunyai kaitan dengan komplikasi pulmonal.
Luka bakar yang mengenai wajah sering yang menyebabkan
abrasi kornea. Luka bakar pada telinga membuat mudah terserang kondritis,
aurikular dan rentang terhadap infeksi serta kehilangan jaringan lebih lanjut.
Luka bakar pada tangan dan persendian sering
membutuhkan terapi fisik dan okupasi yang lama dan memberikan dampak pada waktu
bekerja dan atau kecatatan fisik menetap serta kehilangan pekerjaan.
Luka bakar pada area perineal membuat mudah terserang
infeksi akibat autokontaminasi oleh urine dan faeces.
Luka bakar sirkumferensial extremitas dapat
menyebabkan efek seperti penebalan pembuluh darah dan mengarah pada gangguan
vaskular distal.
Luka bakar sirkumferensial thoraks dapat mengarah pada
inadekuat ekspansi dinding dada dan insufisiensi pulmonal.
3. Menurut ukuran
atau luas luka bakar
Dengan menggunakan metode rules of nine untuk
menentukan presentase luas permukaan tubuh yang mengalami cedera luka bakar.
Kepala : 9%
Extremitas atas kanan : 9%
Extremitas atas kiri : 9%
Torso (dada sampai perut dan punggung
Sampai pinggang) : 36%
Perineum : 1%
Extremitas bawah kanan : 18%
Extremitas bawah kiri : 18%
Total : 100%
Berikut ini diagram Lund and Browder, metode yang
digunakan untuk menghitung LPT luka bakar sesuai dengan golongan usia.
Lahir
|
1 tahun
|
5 tahun
|
10 tahun
|
15 tahun
|
Dewasa
|
|
A. Setengah
kepala
|
9½ %
|
8½ %
|
6½ %
|
5½ %
|
4½ %
|
3½ %
|
B. Setengah paha
|
2¾ %
|
3¼ %
|
4%
|
4¼ %
|
4½ %
|
4¾ %
|
C. Setengah
tungkai bawah
|
2½ %
|
2½ %
|
2¾ %
|
3%
|
3¼ %
|
3½ %
|
D. Komplikasi
Lanjut Luka Bakar
1. Hipertrofi
Jaringan Parut
Hipertrofi jaringan parut merupakan komplikasi kulit
yang biasa dialami pasien dengan luka bakar yang sulit dicegah, akan tetapi
masih bisa diatasi dengan tindakan tertentu terbentuknya hipertrofi jaringan
parut pada pasien luka bakar dipengaruhi oleh berbagai faktor antara lain :
a. Kedalaman luka
bakar
b. Sifat kulit
c. Usia pasien
d. Lamanya waktu
penutupan kulit
e. Penanduran
kulit.
2. Kontraktur
Kontraktur adalah komplikasi yang hampir selalu
menyertai luka bakar dan menimbulkan gangguan fungsi pergerakan.
Beberapa tindakan yang dapat mencegah atau mengurangi
komplikasi kontraktur adalah :
o Pemberian posisi yang baik dan benar sejak awal.
o Ambulasi yang dilakukan 2-3 kali/hari sesegera mungkin
(perhatikan jika ada fraktur) pada pasien yang terpasang berbagai alat invasif
(misalnya, IV, NGT, monitor EKG, dll) perlu dipersiapkan dan dibantu (ambulasil
pasif).
o Pressure grament adalah pakaian yang dapat memberikan
tekanan yang bertujuan menekan timbulnya hipertrosi scar, dimana penggunaan presure
grament ini dapat menghambat mobilitas dan mendukung terjadinya kontraktur.
E. Penatalaksanaan
1. Pentalaksanaan
luka bakar
Faktor-faktor yang mendukung penyembuhan luka bakar
yaitu :
§ Sikap mental yang
positif
§ Kesehatan
menyeluruh yang baik
§ Keseimbangan
istirahat dan latihan
§ Pengetahuan
perawat dan pasien
§ Usia (muda)
§ Kontrol nyeri
§ Penatalaksanaan
luka yang tepat
§ Nutrisi yang
adekuat
§ Tidak ada
inkontenensia
§ Kontrol infeksi
§ Balutan yang
sesuai
§ Jaringan parut
post luka bakar gatal dengan baik.
Faktor-faktor yang menghambat penyembuhan luka bakar
§ Faktor psikologi
takut, stress
§ Kesehatan secara
umum tidak baik
§ Kurang mobilisasi
§ Kondisi langsung
§ Usia (tua)
§ Penanganan luka
kurang tepat
§ Obat-obat
tertentu seperti oksitoksik steroid
§ Sirkulasi kurang
baik
§ Pemakaian alkohol
dan rokok yang berlebihan
§ Nutrisi kurang
baik
§ Hygiene kurang
baik
2. Rumus pemberian
terapi cairan menurut formula Parland
Cairan Ringer Lactat (RL) 4 ml/kg BB% LB pada 24 jam
pertama
Keterangan :
Pada 8 jam I diberikan ½ dari kebutuhan cairan
Pada 8 jam II diberikan ¼ dari kebutuhan cairan
Pada 8 jam III diberikan sisanya.
Contoh :
BB pasien 50 kg, luka bakar : 40% maka kebutuhan
cairan pasien adalah 4 x 50 x 40 = 800 ml diberikan dengan pembagian :
1. 8 jam I
diberikan 4000 ml
2. 8 jam II
diberikan 2000 ml
3. 8 jam III
diberikan 2000 ml
3. Penatalaksanaan
pemberian cairan 24 jam pertama
§ Timbang BB
pasien, perkirakan luas luka bakar dan mulai pasang infus.
§ Hitung cairan
menggunakan 2 ml/kg BB/% luka bakar.
§ Pantau haluaran
urine, bila urine 30 cc/jam kurangi kecepatan cairan sampai 10-20% lalu tunggu
1 jam. Bila urine tidak sampai 30 cc/jam tingkatkan kecepatan cairan sampai
10-20% lalu tunggu 1 jam. Bila setelah 1 jam haluaran urine mencapai 30 cc/jam
tingkatkan lagi kecepatan cairan 10-20% lalu tunggu lagi selama 1 jam. Bila
setelah itu haluaran urine telah menetap tambahkan koloid 5% ke dalam cairan
dan tunggu 1 jam lagi bila haluaran urine tetap rendah dan frekuensi 6 ml/kg
BB/%/24 jam maka pasang kateter Swan glans dan tangani sesuai parameter
tindakan. Bila tidak, kembali pada tindakan awal bila haluaran urine tidak
sampai 30 cc/jam.
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN
a. Pengkajian
1. Riwayat Keperawatan
Waktu dan tempat : tanyakan pukul berapa terjadi luka
bakar, di rumah atau di tempat kerja, faktor predisposisi, sumber panas/agen,
lamanya dan temperatur agen.
Tanyakan pula situasi saat kejadian seperti ruangan
dalam keadaan terbuka atau tertutup, gambaran rinci kejadian luka bakar, karena
kecelakaan/kelalaian atau kejadian yang disengaja, penyebab diri sendiri atau
orang lain atau adanya pengaruh penggunaan obat atau alkohol.
2. Data Subyektif
³ Usia korban
³ Riwayat kesehatan
§ Penyakit yang
pernah diderita.
§ Imunisasi yang
pernah didapat.
³ Apakah ada cedera
yang bersamaan dengan luka bakar
³ Nyeri pada daerah
luka
3. Data Obyektif
§ Prosentase luas
permukaan tubuh yang terbakar.
§ Kedalaman luka
bakar
§ Letak anatomis
luka bakar
§ Kulit tampak
kemerahan, gelembung, edema
§ Suhu tubuh
bervariasi
§ Takikardia.
4. Laboratorium
Pemeriksaan Laboratorium
|
Nilai Normal
|
Perubahan Luka Bakar
|
Penyebab
|
Pemeriksaan Serum
Hemoglobin
Hematokrit
Nitrogen urea
Glukosa
Elektrolit
Natrium
Kalium
Klorida
Analisa Gas Darah
PO2
PCO2
PH
Karboskihemaglobin
Protein total
Albumin
|
12-15 g/dl (P)
14-16 g/dl (L)
37-45% (P)
45-50% (L)
5-15 mg/dl
60-100 mg/dl
136-145 mEq/L
3,5-5,0 mEq/L
96-106 mEq/L
80-100 mm/Hg
32-45 mm/Hg
7,34-7,45
0
6,0-8,0 g/dl
3,5-50 g/dl
|
Meningkat
Meningkat
Meningkat
Meningkat
Meningkat
Meningkat
Meningkat
Normal
Rendah
Meningkat
Rendah
Rendah
|
Kehilangan volume cairan
Kehilangan volume cairan
Kehilangan volume cairan
Respon stress
Kehilangan volume cairan dan gangguan Na-K
Gangguan pompa Na-K kerusakan jaringan, hemolisis
sel darah merah.
Kehilangan volume cairan dan reabsorbsi Ci dalam
urine.
Asidosis metabolik
Inhalasi asap rokok dan karbomonoksida.
Kehilangan protein yang keluar melalui luka
Kehilangan protein melalui luka dan membran vaskular
karena peningkatan permeabilitas.
|
Sumber :
Ignatavicus O dan Bayn Marlyn, Medical Surgical Nursing : A Nursing Process
Approach. Penerbit WB Saunders : Philadelphia, 1991.
b. Diagnosa
Keperawatan
1. Resiko tinggi
kekurangan volume cairan elektrolit b.d rusaknya jaringan kulit akibat luka
bakar.
2. Gangguan
pertukaran gas b.d keracunan karbonmonoksida, asap, panas yang mengakibatkan
kerusakan paru.
3. Inefektif
bersihan jalan napas b.d edema trakheal, pelepasan jalan napas dan depresi
siliaris pulmonal akibat cedera inhalasi.
4. Kerusakan
integritas kulit b.d luka bakar.
5. Hipotermi b.d
kerusakan jaringan epitel dan fluktuasi suhu udara sekitarnya.
6. Perubahan
nutrisi : kurang dari kebutuhan tubuh b.d intake yang kurang dan peningkatan
metabolik untuk penyembuhan luka.
7. Gangguan rasa
nyaman ; nyeri b.d cedera luka bakar, pengobatan dan kerusakan jaringan.
8. Resiko tinggi
infeksi b.d kerusakan barrier kulit.
9. Resiko tinggi
kontraktur b.d immobilitas akibat nyeri, bengkak.
10. Resiko tinggi
terjadi perluasan luka bakar b.d immobilisasi.
11. Kecemasan b.d
penyakit dan hospitalisasi yang lama.
12. Kurang
pengetahuan tentang perawatan di rumah b.d kurang informasi.
c. Perencanaan.
Diagnosa I.
Goal : Pasien dapat
mempertahankan keseimbangan cairan tubuh selama perawatan dan tidak ada
tanda-tanda dehidrasi.
Intervensi :
1. Kaji dan catat
luas dan kedalaman luka bakar
2. Kaji dan catat
turgor kulit.
3. Pantau dan catat
TTV setiap 2 jam
4. Pantau dan catat
balance cairan tiap 2 jam
5. Motivasi klien
untuk banyak minum.
6. Siapkan minuman
yang banyak dekat pasien
7. Dapatkan BB
masiuk dan timbang BB setiap hari bila memungkinkan
8. Beri pengganti
cairan IV dan dekat pasien
9. Monitor hasil
elektrolit serum dan hematokrit.
Evaluasi :
Dengan resusitasi cairan yang adekuat keseimbangan
cairan diperkirakan tercapai dalam waktu 24-46 jam dengan ditandai :
§ Turgor kulit
kenyal dan elastis
§ TTV dalam batas
normal.
§ Tidak terjadi
sianosis
§ Pasien tenang dan
tidak gelisah
§ Intake-ouput
seimbang (produksi urine > 30cc/menit)
§ Laboratorium
dalam batas normal (HT darah normal 37-40%).
Diagnosa II.
Goal : Pemeliharaan
oksigenasi jaringan adekuat
Intervensi :
1. Kaji pola
pernapasan pasien tiap2-3 jam (tanda-tanda gawt napas, bunyi, frekuensi, irama,
kedalaman napas).
2. Pantau pasien
terhadap hipoksemia
3. Baringkan pasien
dalam posisi Fowler bila memungkinkan.
4. Bebaskan pakaian
pasien dan perhiasan yang ketat.
5. Berikan terapi O2
sesuai pesanan dokter.
6. Pantau AGD
7. Siapkan untuk
membantu intubasi ETT
Evaluasi :
1. Frekuensi napas
dalam batas normal : 12-18 x/menit
2. Hasil
pemeriksaan analisa gas darah dalam batas normal.
3. Tidak terjadi
sianosis.
Diagnosa III.
Goal : Jalan napas
bersih dan adekuat
Intervensi :
1. Pertahankan
posisi jalan napas : melalui pengaturan posisi pasien yang tepat, pengisapan
sekresi.
2. Pantau tanda
vital terutama frekuensi pernapasan.
3. Beri O2
4. Motivasi pasien
untuk mobilisasi semampu pasien.
5. Latihan batuk
dan napas dalam
6. Lakukan
fisioterapi dada.
7. Lakukan
pengisapan lendir kalau diperlukan
8. Periksa AGD dan
situasi O2.
9. Siapkan pasien
untuk tindakan trakeostomi (kolaborasi dengan dokter).
Evaluasi :
Jalan napas klien efektif, bunyi napas, bersih,
ditandai dengan :
1. Frekuensi napas
dalam batas normal.
2. Jalan napas
tetap paten dengan adanya cedera.
Diagnosa IV.
Goal : Integritas
kulit utuh yang ditandai dengan tidak adanya kemerahan, iritasi, nyeri dan
gatal.
Intervensi :
1. Kaji kerusakan
integritas kulit.
2. Hindari
pembalutan yang terlalu lama.
3. Gunakan kassa
steril untuk pembalutan
4. Perawatan luka
secara rutin dengan cara steril.
5. Kolaborasi
dengan dokter tentang hasil laboratorium pemberian vitamin.
Evaluasi :
Kerusakan kulit mulai berkurang dan tidak meluas
ditandai dengan tidak adanya kemerahan, iritasi, nyeri dan gatal.
Diagnosa V.
Goal : Klien akan
tetap normotermix dengan suhu rectal 36-370C
Intervensi :
1. Pantau dan catat
suhu rectal tiap 2-3 jam
2. Lakukan
perawatan luka dengan cepat dan tepat.
3. Gunakan air
untuk mandi dengan air hangat.
4. Gunakan selimut
penghangat/lampu penghangat.
5. Jaga agar suhu
ruangan tindakan tetap hangat
6. Balance cairan
(intake-output) yang cermat
Evaluasi :
Pasien tidak mengalami hipotermi yang ditandai dengan
:
1. Masukan dan
keluaran cairan yang seimbang.
2. Suhu tubuh
pasien tidak kurang dari 36-370C
Diagnosa VI.
Goal : Kebutuhan
nutrisi terpenuhi dan tidak terjadi penurunan berat badan
Intervensi :
1. Kaji kebiasaan
makan sehari-hari/selera makan.
2. Dapatkan BB
sebelum mengalami luka bakar
3. Timbang BB tiap
hari kalau memungkinkan.
4. Catat masukan
kalori pasien.
5. Berikan diet
tinggi kalori dan tinggi protein.
6. Berikan makan
dalam porsi kecil tapi sering.
7. Lakukan oral
hygiene setiap pergantian dinas.
8. Jadwal
pengobatan tidak mengganggu waktu makan.
9. Beri istirahat
yang cukup sebelum makan jika pasien baru saja mengalami prosedur pengobatan
sebelum makan.
10. Ciptakan
lingkungan yang menyenangkan saat makan.
11. Beri dorongan
pada keluarga untuk membawa makan tambahan dari rumah.
12. Kolaborasi
dengan dokter untuk konsultasi gizi.
13. Laksanakan
program dokter, metode lain untuk memenuhi kebutuhan kalori (pemberian melalui
NGT, NPT, nutrisi parenteral total) vitamin.
Evaluasi :
1. Kebutuhan kalori
dan pasien terpenuhi.
2. Pasien
menghasbiskan makan yang diberikan sesuai program.
3. Berat badan
dalam batas normal.
Diagnosa VII.
Goal : Rasa nyaman
terpenuhi, nyeri berkurang.
Intervensi :
1. Kaji respon
pasien terhadap nyeri saat perawatan luka, terapi fisik saat istirahat.
2. Gunakan skala
nyeri untuk mengkaji tingkat nyeri pasien.
3. Observasi TTV
4. Gunakan teknik
pengalihan perhatian untuk mengalihkan nyeri.
5. Berikan obat
analgetik sebelum melakukan prosedur rawat luka yang menyakitkan.
6. Jelaskan semua
prosedur pada pasien.
7. Ajak pasien
berkomunikasi saat memberi perawatan luka atau prosedur lainnya.
8. Kaji kebutuhan
akan obat nyeri.
9. Ciptakan
lingkungan yang nyaman
10. Beri posisi
tidur pasien yang nyaman sesuai keadaan pasien.
Evaluasi :
1. Tingkat nyeri
akan menurun sejalan dengan penyembuhan luka (skala nyeri menurun).
2. Ekspresi wajah
dan posisi tubuh rileks.
3. Tanda vital
(pernapasan dan nadi) dalam batas normal.
Diagnosa VIII.
Goal : Tidak ada
tanda infeksi, suhu tubuh dalam batas normal.
Intervensi :
1. Terapkan semua
teknik aseptik pada semua askep keperawatan pasien (cuci tangan sebelum dan
sesudah kontak dengan pasien, ganti sarung tangan untuk merawat luka yang
berbeda).
2. Monitor atau
kaji tanda-tanda klinis infeksi
3. Monitor
perubahan warna pada luka, bau, proses penyembuhan yang lama perubahan tanda
vital.
4. Monitor
tanda-tanda sepsis (takikardia, tensi menurun, demam, sesak, bising usus,
perdarahan, bau dari luka).
5. Observasi TTV
terutama suhu rektal.
6. Jaga agar kulit
tetap kering dan bersih.
7. Sebelum mengoles
krim topikal bersihkan dan bilas luka terlebih dahulu.
8. Pertahankan
lingkungan yang bersih :
§ Tempatkan pasien
pada daerah yang tidak banyak orang
§ Jangan pergunakan
rawat luka yang telah digunakan untuk pasien lama tanpa disterilkan terlebih
dahulu.
§ Gunakan masker,
sarung tangan steril-scort, penutup kepala saat merawat pasien.
§ Bersihkan ruangan
pasien setiap hari.
9. Pertahankan
personal hygiene pasien.
10. Kolaborasi
dengan dokter tentang pemberian ATS, antibiotik, laboratorium.
Evaluasi :
1. Tidak ada
tanda-tanda infeksi.
2. Suhu tubuh dalam
keadaan normal.
3. Luka bersih dan
kering
4. Hasil
laboratorium dalam batas normal.
Diagnosa IX.
Goal : Tidak
terjadi kontraktur
Intervensi :
1. Kaji tingkat
kemampuan mobilisasi pada area luka bakar yang mempunyai kecenderungan untuk
terjadi kontraktur.
2. Perhatikan
posisi tubuh yang benar saat pasien istirahat (extremitas bawah tetap ekstensi,
extremitas atas agak fleksi).
3. Latihan ROM tiap
hari kurang lebih 5 menit setiap 2-4 jam
4. Konsultasi
fisioterapi.
Evaluasi :
1. Pasien
mobilisasi secara bertahap.
2. Pasien mampu
melakukan kegiatan sehari-hari secara mandiri.
Diagnosa X.
Goal : Tidak
terjadi perluasan luka bakar
Intervensi :
1. Cegah cedera
tekan dengan memberi bantalan pada bagian yang menonjol.
2. Lepaskan pakaian
atau perhiasan yang mengganggu atau ketat.
3. Tinggikan
extremitas untuk menghindari edema.
4. Observasi
extremitas atau kulit terhadap penurunan aliran darah.
5. Kaji tingkat
nyeri saat melakukan ROM aktif.
Evaluasi :
1. Warna kulit
tidak pucat dan kehitaman
2. Extremitas tidak
edema.
Diagnosa XI.
Goal : Kecemasan
berkurang
Intervensi :
1. Kaji tingkat
kecemasan pasien dan keluarga.
2. Jalin hubungan
saling percaya dengan pasien dan keluarga.
3. Dampingi pasien
dan keluarga saat dibutuhkan]
4. Beri kesempatan
kepada pasien dan keluarga untuk mengungkapkan kecemasan.
5. Jelaskan setiap
tindakan yang akan dilakukan.
6. Berikan
kesempatan pasien dan keluarga untuk konsultasi dengan dokter.
7. Beri masukan
dari orang lain.
Evaluasi :
1. Kecemasan
berkurang
2. Pasien dan
keluarga dapat bekerja sama
3. Tidak gelisah,
bisa istirahat
4. Anak tidak
rewel.
Diagnosa XII.
Goal : Pengetahuan
pasien bertambah
Intervensi :
1. Kaji tingkat
pengetahuan pasien dan keluarga tentang perawatan luka bakar.
2. Beri kesempatan
pada pasien dan keluarga untuk bertanya.
3. Libatkan
keluarga dan pasien dalam perawatan.
4. Jelaskan pada
keluarga dan pasien cara merawat luka bakar yang benar.
5. Anjurkan pada
keluarga dan pasien untuk kembali ke dokter/RS bila ada tanda-tanda infeksi.
Evaluasi :
1. Pasien dan
keluarga dapat menjelaskan/mengungkapkan tentang perawatan luka dirumah.
2. Pasien dan
keluarga dapat merawat luka sendiri selama beberapa hari sebelum keluar dari
rumah sakit atau pulang.
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
Luka bakar atau combusio adalah luka yang disebabkan oleh kontak dengan
suhu tinggi sepertiapi, air panas, listrik, bahan kimia, dan radiasi. Luka
bakar ini dapat mengakibatkan kematian,atau akibat lain yang berkaitan dengan
problem fungsi maupun estetik. Respons Patofisiologisetelah cedera luka bakar
adalah bifase. Pada fase pasca cedera, terjadi Hipofungsi organ secaraumum
sebagai akibat dari penurunan curah jantungPada prinsipnya penangangan luka
bakar menurut Mansjoer dkk adalah penutupan lesisesegera mungkin, pencegahan
infeksi, mengurangi rasa sakit, pencegahan trauma mekanik.Pada kulit yang vital
dan elemen didalamnya, dan pembatasan pembentukan jaringan
B.
Saran
Diharapkan bagi parapembaca dapat menambah sedikit pengetahuan mengenai
LukaBakar, dan semoga hasil makalah ini dapat bermanfaat bagi para pembaca, dan
dapat menambahpengathuan tentang Luka Bakar.
DAFTAR PUSTAKA
Effendi,
Christantie, S.Kp, “Perawatan Pasien Luka Bakar”, Editor, Yasmin
Asih-Jakarta : EGC, 1999.
Smeltzer C. Suzanne
and Bare G. Brande, Brunner and Suddarth’s, “Keperawatan Medikal Bedah”,
Ed 8, Vol 3. jakarta : EGC, 2001.
Marlyn E. Doenges, dkk, “Rencana Asuhan
Keperawatan”, Edisi 3 Jakarta, EGC, 1999.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar